Parangtritisku Blog

Aku lahir disini dan hidup disini pula


Nggak terhitung berapa tokoh sejarah yang hidup di Jogjakarta. Sejak jaman dulu, sebelum berdirinya Keraton Jogja. Banyak kisah-kisah sejarah yang kini hanya tersisa sebagai cerita rakyat.
Salah satu tokoh zaman dulu (Majapahit) yang menambah khasanah sejarah di Jogja adalah Panembahan Selohening. Ini bukan nama aslinya Sob. Tapi, masyarakat sekitar menyebutnya bgitu. Soalnya sampai sekarang nggak ada yang mengenal nama asli beliau. Penasaran seperti apa kisahnya? Let’s cek it out!

KEUNIKAN
Nggak ada gambaran yang jelas dimana Makam Panembahan Selohening. Eh kamu kenal Panembahan Selohening kan Sob? Oh, ya udin deh, ganti nama. Kalau Ki Ageng Selohening? Nggak kenal juga? #TepokJidat. Yang dibaca sejarah apa aja sih neng. Ah ya sudahlah, lebih baik kita lanjutkan saja pembahasannya. Lho? kayak mau ngerjain skripsi aja pakai pembahasan segala. #Eh.
Menurut beberapa cerita, Panembahan Selohening merupakan kerabat raja Majapahit yang terakhir, Brawijaya V. Ia menyingkir dari keraton dan mengasingkan diri ke Desa Mancingan. Alasannya arena nggak suka dengan kemelut yang terjadi saat itu di lingkungan keraton. Karena beliau ini tinggal di bukit Seloening maka ia dikenal sebagai Kyai Selaening. Kalau nama aslinya sendiri nggak banayk yang tahu Sob. Sepertinya sengaja disembunyikan. Biar nggak banayk orang yang tahu. namanya juga melarikan diri. Nggak lucu donk kalau ketahuan.
Selanjutnya Panembahan Selohening bertemu dengan Syekh Maulana Maghribi. Beliau ini yang kemudian mengislamkan Panembahan Selohening. Sebelumya Panembahan Selohening beragama Budha.
Saat itu di padepokan Kyai Selaening juga ada Raden Dhandhun dan adiknya yang bernama Raden Dhandher. Keduanya adalah putra Brawijaya V yang juga menyingkir dari Majapahit. Mereka pun kemudian masuk Islam dan dikenal sebagai Syekh Bela-Belu dan Syekh Gagang Aking atau Kyai Dami Aking.
Makam Panembahan Selohening berada di Desa Mancingan. Sekitar daerah Parang Tritis. Jalan masuk ke Makam Panembahan Selohening berada nggak jauh dari Air Panas Parang Wedang. Kira-kira 180 m dari Air Panas Parang Wedang. Nggak perlu bingun Sob. Kalau kamu berkunjung kesana, kamu bakal ketemu tugu bertuliskan “Gusti Panembahan Selahening”. Jadi kamu nggak perlu neliti satu-satu nisan yang kamu temui.
Kalau kamu bawa motor, motornya diparkir aja di rumah penduduk yang ada di sekitar tugu tersebut. Soalnya kamu masih harus jalan kaki sekitar 200 meter lagi. Jalannya menanjak dan agak licin. Jadi kamu musti hati-hati Sob. Sebelum memasuki kawasan makam, kamu akan menemukan deretan tangga menuju ke puncak perbukitan.
Sampai diatas bukit, kamu akan melihat bangunan seperti candi yang ditembok sekelilingnya. Di puncak bukit ada tiga buah cungkup. Cungkup ditengah merupakan cungkup utama. Ada juga dua buah pohon dengan batang penuh lilitan akar tampak mengapit sebuah area yang dipagar rapat. Sebelah kanan pagar terdapat tebing yang cukup curam.
Di ujung kanan area makam terdapat sebuah bentuk bangunan persegi dengan ornamen bunga serta lubang di tengahnya. Buat kamu yang berkunjung kesini dan pagarnya masih dikunci, nggak perlu galau Sob. Soalnya ada cara sendiri buat memanggil juru kuncinya. Kamu cari kentogan yang ada disana. Bentuknya mirip bebek. Berada di sebelah papan pengumuman. Weits, papan pengumumannya sudah teronggok tak berdaya di tanah. Jangan dicari di tembok-temboknya ya.
Kamu pukul aja kentongannya. Nggak beberapa lama, pasti si kuncen bakal muncul. Soalnya beliau ini datang nggak dijemput pulang nggak diantar Sob. Hehehe.
Cungkup Makam Panembahan Selohening ini selesai diperbaiki pada Jumat Legi, 3 Juni 2005. Nama-nama penyandang dananya disebutkan pada prasasti yang berada di samping pintu makam. Termasuk nama kuncen disebut dalam prasasti itu.

LOKASI

Desa Mancingan, Parangtritis, Bantul, Jogjakarta.
GPS: -8.02181, 110.33035 (parkir), -8.01966, 110.33121 (lokasi makam).
AKSES
Menuju ke Makam Panembahan Selohening kamu musti  menempuh jarak 26 km dari Jogjakarta. Nggak jauh-jauh amat kan Sob. Kecuali kalau kamu kesananya naik keong. Wkeke. Nah, biar cepet sampai, kamu bisa naik angkutan umum dari Terminal Giwangan atau Umbulharjo ke jurusan Parangtritis. Tarif bus biasanya sekitar 10000-an.
HARGA TIKET
Hehehe, maap ye Sob. Di dunia ini emang kadang ada yang gratis, ada juga yang bayar. Kali ini kamu musti merogoh kocek kira-kira 10000 untuk menyambangi makam ini.
AKOMODASI DAN FASILITAS LAINNYA
Eh Sob. Biar nggak rugi. Sekalian aja jalan-jalan ke pantai yang ada disekitar ini Sob. Ada Pantai Parang Tritis, Pantai Depok, Pantai Parang Wedang, dan lain sebagainya.

0 komentar:

Posting Komentar